Sabtu, 23 April 2011

Validitas

Diposting oleh Suka Suka Saya di 17.22
validitas adalah menguji valid apa tidak nya sebuah proposal. tapi apakah anda tau berapa macam validitas. anda ingin mengetahui apa saja validitas. anda bisa membaca di bawah ini

E. Validitas Alat Ukur

Didalam psikologi, kata validitas atau kesahihan digunakan sekurang-kurangnya dalam Tiga konteks, yaitu (a) validitas penelitian, (b) validitas soal, (c) validitas alat ukur atau tes.

1. Validitas Penelitian
Validitas penelitian mempersoalkan derajat kesesuaian hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya. Validitas penelitian, mengandung dua sisi, yaitu (1) validitas internal, dan (b) validitas eksternal. Validitas internal penelitian mempersoalkan kesesuaian antara data hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya. Validitas eksternal penelitian mempersoalkan derajat kesesuaian antara generalisasi hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Validitas soal
Perlu diingat, bahwa validitas soal bukan validitas tes. Validitas tes adalah derajat kesesuaian antara sesuatu soal dengan perangkat soal-soal lain. Ukuran validitas soal adalah korelasi pada skor soal itu dengan skor pada perangkat soal (item total corellation) yang sering kali dihitung dengan korelasi biserial.

3. Validitas tes
Definisi validitas tes atau validitas alat ukur yang sudah klasik adalah ”sejauh manates itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur”. Validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur, yaitu sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur, secara konvensional orang melihatnya dari tiga arah, (a) yaitu dari arah isi yang diukur, (b) dari arah rekaan teoritis (construct) atribut yang diukur, (c) dari arah kriteria alat ukur.

Validitas tes  Validitas tes
 Validitas construct
 Validitas berdasar criteria Validitas sama saat
 Validitas predikif

a. Validitas isi (Content Validity)
Validitas isi tes menunjuk kepada sejauh mana tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksud untuk diukur.

b. Validitas Konstruksi Teoritis (Construct Validity)
Orang mereka-reka membuat konstruksi teoritis guna mendeskripsikan atribut yang dipersoalkan. Dengan demikian, bagaimana konstruksi teoritis ini akan tergantung pada ilmuwan yang mengembangkannya. Oleh karena itu, gambaran mengenai sesuatu mengenai atribut dapat bermacam-macam , tergantung pada teori siapa yang dipersoalkan.
Validitas konstruksi teoritis(construct validity), mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran dengan inrtrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan konstruksi teoritis yang mendasai penyusunan alat ukur tersebut. Validasi berdasar konstruksi teoritis ini merupakan proses yang kompleks, yang memerlukan analisis logis dan dukungan data empiris. Sampai sekarang, ada dua metode yang telah diakui oleh para ahli dalam bidang ini, yaitu (1) analisis faktor, dan (2) sifat-jamak-metode-jamak (multi trait multy method)

(1) Validasi alat ukur dengan analisis faktor
Dasar pemikiran penerapan analisis faktor untuk validasi ini adalah bahwa walupun perilaku manusia itu sangat banyak ragamnya, namun perilaku yang sangat beragam itu didasari oleh sejumlah terbatas faktor saja. Tampilan yang begitu banyak ragamnya itu dapat diteorikan hanya didasari oleh tiga macam potensi dasar, yaitu (a) kemampuan verbal, (b) kemampuan kuantitatif, (c) kemampuan penalaran. Sebagai ilustrasi, berikut ini disajikan hasil validasi TPA dengan metode analisis faktor.

Tabel V. Hasil Analisis Faktor Skor TPA
Variabel Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3
V1
V2
V3
V4
K1
K2
K3
K4
P1
P2
P3
P4 .78124
.72384
.71117
.31871
.34935
.20505
.13277
.02885
.43875
.49358
-.04816
.21092 .09237
.17054
.12719
.30905
-.25555
.40486
.77137
.78560
.07653
-.05603
.14383
.49109 .02886
.05496
.04689
.18031
.59370
.55110
.14251
.05969
.19606
.28824
.70988
.47729

Keterangan :
V = Kemampuan verbal
K = Kemampuan kuantitatif
P = Kemampuan penalaran

(2) Validasi alat ukur dengan cara konvergen dan diskriminan
Metode ini baru dikenalkan tahun 1959 oleh Campbell dan fiske (Campbell dan Fiske, 1959), dan dikupas lebih mendalam oleh Campbell (1960). Dasar pemikirannya adalah : suatu tes itu harus berkorelasi tinggi dengan variable variable yang secara teori harus berkorelasi tinggi dan sekaligus tak berkorelasi dengan variable-variabel yang lain yang secara teori tidak berkorelasi.
Secara tekhnis, penerapan metode ini adalah sebagai berikut Pada suatu kesempatan, dilakukan pengukuran terhadap lebih dari satu sifat dengan menggunakan lebih dari satu metode (alat ukur). Kemudian dicari interkolasi antara hasil pengukuran itu. Interkorelasi itu adalah antara hal-hal berikut :
(a) Sifat sama, diukur dengan alat yang sama (monotrait-monomethod)
(b) Sifat sama diukur dengan alat beda (monotrait-heteromethod)
(c) Sifat berbeda diukur dengan alat yang sama (heterotrait-monomethod)
(d) Sifat berbeda diukur dengan alat berbeda (heterotrait-heteromethod)

Dalam gambaran diatas itu koefisien korelasi untuk : (a) reliabilitas tes, koefisien untuk, (b) validitas tes, koefisien korelasi untuk ,(c) dan (d)- yang harus tidak signifikan-bukti dari falidasi diskriminan.
Secara teori, koefisien untuk keempat hal diatas itu akan berbeda satu sama lain, yang koefisiennya paling tinggi adalah (a), karena unsur konvergensinya paling tinggi, kemudian dibawahnya (b), dibawahnya lagi (c), dan yang terendah adalah (d), karena unsur deskriminannya paling besar. Namun didalam praktek hal yang dicapai tidak semulus gambaran diatas, sehingga-lagi-lagi—pendapat profesional si penyusun instrumen memegang peranan sangat penting. Sebagai ilustrasi, dibawah ini disajikan matriks sifatjamak-metodejamak yang datanya disusun secara hipotesis.




c. Validitas berdasarkan kriteria (Criterion-related validity)
Dalam validitas berdasar kriteriavaliditas alat ukur itu dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat yang dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan criteria.
Didalam kepustakaan pengukuran psikologis, orang bias mengadakan pembedaan validitas berdasar criteria ini menjadi dua macam, berdasar atas kapan criteria itu akan di manfaatkan. Jika criteria itu sekarang, atau dalam waktu dekat dapat dimanfaatkan disebut validitas sama saat (concurrent validity), dan jika criteria itu baru beberapa waktu kemudian dapat dimanfaatkan disebut validitas prediktif (predictive validity).

0 komentar:

Posting Komentar

 

Suka suka Saya Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei