Sabtu, 23 April 2011

Dasar pengukuran psikologis

Diposting oleh Suka Suka Saya di 17.34
dasar pengukuran psikologis adalah dasar cara mengukur psikologis seseorang. bagaimana anda mengukur psikologis anda. disini cara anda mengukur bagaimana psikologis anda. baca di bawah ini.


BAB I
PEMBAHASAN

Segala sesuatu yang dipersoalkan dalam psikologi termasuk aspek-aspek psikologis atau atribut-atribut psikologis itu bersifat kualitatif. Atribut-atribut psikologis itu tidak mempunyai eksistensi riil, sehingga tidak dapat dikaji atau diketahui secara langsung, melainkan hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui gejalanya atau tampilannya(manifestasinya). Didalam tampilannya atau manifestasi itu sengaja ditimbulkan lalu dikuantifikasikan. Pembahasan lebih lanjutnya adalah:

A. KUANTIFIKASI ATRIBUT PSIKOLOGI
Contoh atribut-atribut psikologis yaitu mottivasi, minat, intelegensi, bakat, kemampuan bahasa inggris dan lain-lain kesemuanya itu adalah hal-hal yang bersifat kualitatif. Dalam suatu pengukuran hal-hal yang bersifat kualitatif itu dikuantifikasikann sehingga diperoleh berbagai keuntungan dan juga beberapa keterbatasan.
1. Keuntungan dan keterbatasan pendekatan kuantitatif
Keuntungan Pendekatan Kuantitatif
Dengan penerapan pendekatan kuantitatif, maka atribut-atribut psikologi yang aslinya bersifat kualitatif dikuantifikasikan, dan dengan cara ini diperoleh keuntungan-keutungan sebagai berikut :
1. Apabila atribusi psikologis telah dikuantifikasikan maka dia dapat dideskripsikan dengan jelas dan tepat, dan dengan demikian salah satu fungsi ilmu pengetahuan, yaitu mendeskripsikan fenomena dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Dengan pendekatan kuantitatif itu ilmuan dipaksa mengikuti tata pikir dan tata kerja yang tertib, konsisiten, dan terbuka hal ini diperlukan guna memajukan ilmu pengetahuan baik dari segi teori maupun pengamalannya.
3. Apabila atribusi psikologis telah dikuantifikasikan, mungkin akan dianalisis dengan metode matematis(statistik) yang dalam ilmu pengetahuan diakui sebagai metode yang sangat kuat
4. Ilmuan dapat membuat prediksi mengenai bidang garapannya.
5. Derajat komunikabilitas menjadi tinggi, karena sebagai kegiatan yang terbuka untuk umum setiap pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ilmuan harus dapat diuji ulang oleh ilmuan lain, dan hal ini sangat dipermudah kalau hal-hal yang dipersoalkan disajikan secara kuantitatif.
Keterbatasan pendekatan kuantitatif
Disamping keuntungan-keuntungan yang dimiliki, pendekatan kuantitatif jugan mempunyai keterbatasan, diantara keterbatasan utamanya adalah bahwa hasil kuantifikasi itu tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Data awal berupa data kuantitatif yang kemudian diolah, dianalisis dan diatur menurut kehendak ilmuan, jadi apabila data awalnya adalah data yang tidak mencerminkan data yang sebenarnya maka hasil analisis dan kesimpulannya akan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan seberapa besar penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya itu tidak dapat dideteksi.

2. Model Teoritis
Proses kuantifikasi harus bisa menjamin data yang dihasilkan mencerminkan keadaan yang sebenarnya, untuk itu sangat diperlukan suatu alat ukur yang dapat menjamin tercapainya kesesuaian antara data kauntitatif dan keadaan psikologis atribut psikologi yang diwakilinya. Didalam alat-alat psikologi yang penting untuk proses kuantifikasi itu, tersedia modelnteoritis ynag mendasaria perkembangan alat ukur psikologis itu. Dalam perkembangan model teoritisnya data yang digunakan terbatas pada : data hasil pengukuran hasil belajar, menggunakan alat non projektif, diselenggarakan secara kelompok, dan menggunakan pendekatan acuan norma.
a. Data pengukuran hasil belajar
Hasil belajar termasuk dalam kelompok atribut kognitif, yang ”Respon” hasil pengukuranya tergolong pendapat, yaitu respon yang dinyatakan benar apa salah.


b. Alat ukur non projektif
Pengukuran hasil belajar tidak menuntut terjadinya mekanisme projeksi, oleh karena itu materi alat ukurnya adalah meteri non projektif
c. Penyelenggarakn secara kelompok
data yang dikumpulkan diperoleh dari sekelompok subjek yang diperlukan secara sama. Karena sifatnya yang demikian maka data yang diperoleh dapat cukup banyak.
d. Pendekatan acuan norma
Hasil belajar suatu populasi subjek diasumsikan berdistribusi normal. Dan ini cocok dengan pendekatan acuan normal.dalam pendekatan ini tujuan pengukuran adalah untuk menentukan kedudukan relative masing-masing subjek didalam kelompoknya. Dengan pendekatan acuan normal ini diperoleh dua keuntungan penting dalam pengukuran psikologis, yaitu :
• Dapat diterapkan teori probabilitas
• Diperolehnya dasar untuk menyatakan adanya hubungan reclinear antara besaran hal ynag diukur dengan skor hasil pengukuran.

Data yang seperti diatas itulah yang digunakan untuk menyusun model teoritis pengukuran psikologis. Dewasa ini ada dua macam teori tentang pengukuran psikologis itu, yaitu teori tes klasik dan teoir tes modern

B. TES KLASIK
Teory tes klasik disebut demiokian, karena unsure-unsur teory itu sudah dikembangkan dan diaplikasikan sejak lama, namun tetap bertahan, lebih-lebih kalau dilihat dari arah penerapannya diberbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu teory ini dianggap sebagai hasil karya klasik teory tes klasik tidak tersusun sekali jadi, melainkan berkembang sedikit demi sedikit melalui unsure-unsur yang kemudian secara akumulatif merupakan bangunan teory yang utuh. Inti teory tes klasik itu berupa asumsi-asumsi yang dirumuskan secara sistematis. Modelnya disebut model skor murni(true skor model). Ada 7 macam asumsi dalam teory tes klasik itu.

1. Asumsi teory tes klasik
Asumsi 1: Xt = X. + Xe
Skor perolehan(Xt) terdiri dari skor murni (X.) dan skor kesalahan pengukuran (Xe).jadi skor yang diperoleh dari suatu pengukuran pada uumnya tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Skor perolehan pada umumnya meleset dari menampilkan secara tepat besaran atribut yang diukur. Melesetnya skor perolehan dari keadaan yang sebenarnya (yaitu skor murni X.)merupakan kesalahan pengukuran (error of measurement)
Asumsi 2 :ε (Xt) = X.
Nilai harapan skor diperoleh = ε (Xt) sama dengan skor murni. Asumsi 2 ini merupakan definisi skor murni (Xt). Skor murni itu adalah nilai rata-rata skor perolehan teoritis sekiranya dilakukan pengukuran yang berulang –ulang (sampai tak terhinggga) terhasdap seseorang dengan menggunakan alat ukur yang sama. Syarat pokok dalam pengukuran yang satu harus bebas dari hasil pengukuran yang lain .
Asumsi 3 Ρx●xe=0
Skor murni dan skor kesalahan yang divapai oleh suatu populasi subyek pada sautu tes tidak berkolerasi satu sama lain. jadi jadi tidak ada hubungan sistematik antara skor murni dan skor kesalahan. Subyek yang tinggi skor murninnya tidak mesti mempunyai skor kesalahan (baik positif maupun negative) yang lebih tinggi disbanding subyek yang rendah skor murninnya.
Asumsi 4 ρXe1 Xe2=0
Skor-skor kesalahan pada 2 tes (yang dimaksud untuk mengukur hal yang sama ) tidak saling berkorelasi. Jika seseorang mempunyai skor kesalahan positif pada tes 1, maka skor kesalahan pada tes 2 tidak tentu positif. Asumsi ini akan tidak terpenuhi sekiranya skor perolehan dipengaruhio kondisi testing.
Asumsi 5: ρXe1 X.2=0
Jika ada 2 tes yang dimaksudkan untuk pengukuran atribut yang sama, maka skor-skor kesalahan pada tes 1(Xe1) tidak berkorelasi dengan skor-skor murni pada tes 2(X.1)
Asumsi 6
Jika dua perangkat tes (yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama) mempunya skor perolehan Xt dan Xt’ yang memenuhi asumsi –asumsi 1 sampai 5, dan jika setiap populasi subyek X. =X.’ dan σe² = σe’’², maka kedua tes itu disebut tes pararel. Jadi dua perangkat tes akan merupakan tes perarel kalu skor –skor suatu populasi yang menempuh kedua tes itu skor murninya sama (X. =X.)dan varian skor kesalahannya sama σe² = σe’’²
Asumsi 7
Jika dua perangkat tes (yang dimaksud untuk atribut yang sama) mempunyai skor-skor perolehanX11 dan X12 yang subyek X.=X.2+C12 adalah suatu konstanta, maka kedua perangkat tes itu disebut tes-tes yang setara (equivalen test)
2. Kesimpulan-kesimpulan teory tes klasik
Teory tes klasik, yang dirumuskan dalam bentuk asumsi-asumsi seperti yang telah disajikan dimuka, memungkinkan penarikan atau penjabaran sejumlah kesimpulan. Hanya sebagaian saja dari kesimpulan-kesimpulan itu yang disajikan disini, dipilih terutama yang berkaitan langsung dengan pengembangan alat ukur psikologis.
Kesimpulan 1: ε = (Xe)=0
Nilai harapan skor-skor kesalahan seorang subyek = 0. jika seseorang dites denga suatu tes yang sam berulang-ulang (sampai tidak terthingga) maka rata-rata skor-skor kesalahannya akan sama dengan 0. karena skor-skor kesalahan terjadi secara acak, maka yang meleset ke atas dan meleset kebawah akan saling meniadakan satiu sama lain.
Kesimpulan 2 : ε = (XeX.)=0
Nilai harapan hasil skor-skor kesalahan dan skor-skor murni sama dengan 0. kovarians antara skor kesalahan dan skor murni, yang sama dengan ε (XeX.) ε (Xe) ε(X.) juga sama dengan 0
Kesimpulan 3 :σ = σ + σ
Varians skor-skor perolehan sama dengan varians skor-skor murni ditambah varians skor-skor kesalahan. Jika skor perolehan, skor murni, dan skor kesalahan suatu populasi pada suatu tes diperoleh, maka varians skor-skor perolehan (yang sering juga disebut varians total )akan sama dengan varians skor-skor murni ditambah varians skor-skor kesalahan.
Kesimpulan 4
Kuadrat korelasi antara skor-skor perolehan san skor-skor murni sama dengan nisbah antara varians skor-skor murni dan varians skor-skor perolehan. Kesimpulan ini kemudian menjadi sangat penting dalam pembicaraan tentang reabilitas tes.
Kesimpulan 5
Kuadrat korelai antara skor-skor perolehan dengan skor-skor murni sama dengan 1 dikurangi nisbah antara varians skor-skor kesalahan dengan varians skor-skor perolehan. Kesimpulan ini sebenarnya membicarakan hal yang sama dengan yang dibicarakan kesimpulan 4.
Kesimpulan 6
Korelais antara skor-skor pada 2 tes pararel sama dengan nisbah antara varians skor-skor murni dan skor-skor perolehan ditentukan berdasarkan tes yang manapun.
Kesimpulan 7
Korelasi antara skor-skor pada 2 tes pararel sama dengan 1 dikurangi nisbah antara varians skor-skor kesalahan dengan varians skor-skor perolehan.
Demikianlah beberapa kesimpulan yang ditarik atau dijabarkan dari teory tes klasik. Walau diakui teory tes klasikmengandung keterbatasan, namun dalam kenyataananya teory ini masih bertahan sebagai dasar pengembangan tes dimana-mana.

C. Teori Tes Modern
Kelemahan utama teori tes klasik adalah bahwa alat ukur yang disusun berdasarkan teori tes klasik itu terikat kepada semua sampel (sample bound). Jika seperangkat tes diberikan kepada kelompok subyek yang rendah kemapuanya akan merupakan tes yang sukar, dan apabila diberikan kelompok subyek yang tinggi kemapuanya akan merupakan tes yang mudah. Oleh karena itu upaya-upaya yang dilakukan para ahli adalah untuk membebaskan alat ukur itu dari keterikatanya kepada sampel (sample-free); seperti diketahui alat ukur fisik, misalnya alat ukur panjang, alat ukur berat, semuanya tidak terikat kepada sampel.
1. Dasar Pikiran pada Teori Tes Modern
Teori tes yang mendasarkan diri pada sifat-sifat atau kemapuan yang laten, yang mendasari kinerja atau respon subyek terhadap butir soal tertentu. Karena itu teori ini disebut mengunakan model sifat laten. Nama yang lebih popular adalah teori respon butir soal atau item respon theory (IRT). Teori respon butir soal itu berdasarkan dua postulat, yaitu:
a) Kinerja seorang subyek pada butir soal dapat diprediksikan dari suatu perangkat factor-faktor yang disebut sifat-sifat, atau sifat-sifat laten, atau kemapuan
b) Hubungan antara kinerja subyek pada suatu butir soal dan perangkat sifat-sifat yang mendasari kinerja itu dapat di deskripsikan dengan fungsi meningkat secara monotonic yang disebut karakteristik butir soal atau kurve karakteristik butir soal.
2. Asumsi-Asumsi Pada Teori Tes Modern
Suatu asumsi-asumsi yang umum digunakan secara luas oleh model-model IRT ialah bahwa hanya satu kemampuan yang diukur oleh butir-butir soal yang merupakan seperangkat tes. Hal ini disebut asumsi unidimensionalitas. Suatu konsep lain yang langsung berkaitann dengan unidimensionalitas adalah ketidaktergantungan local. Asumsi lain yang dibuat dalam semua model IRT adalah bahwa fungsi karakteristik butir soal tertentu merefleksikan butir soal tertentu merefleksikan hubungan yang sebenarnya antara variable-variable yang tidak dapat di observasi dengan variable-variabel yang dapat di observasi yaitu respon terhadap butir soal.
3. Model-model Yang Populer Dalam Teori Respons Butir Soal
Secara teori dapat disusun model-model IRT yang sangat besar jumlahnya, namun didalam praktek hanya tiga model yang popular, yaitu:
a) Model logistic atau parameter
b) Model logistic dua parameter
c) Model logistic tiga parameter
D. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh para subyek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setaara pada kondisi yang berbeda. Dalam arti yang lebh luas reliabilitas adalah alat ukur menunjuk kepada sejauh mana perbedaan-perbedaan skor perolehan itu mencerminkan perbedaan-perbedaan atribut yang sebenarnya. Hal inilah yang menuntun kepada definisi dasar reliabilitas tes, yaitu:
σ.2

σ t 2
Reliabilitas tes adalah proporsi varians skor perolehan yang merupakan varians skor murni, jadi kembali kepada uraian terdahulu, bahwa Xt = X. + Xe skor perolehan terdiri dari skor murni dan kekeliruan pengukuran serta, σ t2 = σ.2 + σe2 , varians skor perolehan (varians total) σ .2 ditambah varians kekeliruan pengukuran σe2. Karena realibilitas alat ukur itu berkenaan dengan derajat konsistensi atau kesamaan antara dua perangkat skor, maka dia dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (r).
Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur yang juga menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tak dapat ditentukan dengan pasti, melainkan hanya dapat diestimasi. Ada tiga pendekatan dala mengestimasi reliabilitas alat ukur itu, yaitu (a) pendekatan tes ulang, (b) pendekatan dengan tes paralel, dan (c) pendekatan satu kali pengukuran.
1. Pendekatan Tes Ulang
Suatu perangkat tes diberikan kepada sekelompok subjek dua kali, dengan menghitung korelasi antara skor pada testing I dan skor pada testing II, jadi rtt = rI.II. Pendekatan ini secara teori baik, namun didalam praktek mengandung kelemahan, yaitu bahwa kondisi subjek pada testing II tidak lagi sama dengan kondisi subjek pada testing I, karena terjadinya proses belajar, pengalaman, perubahan motivasi dan sebagainya. Karena itu pada kebanyakan penelitian pendekatan ini tidak digunakan. Pendekatan tes ulang sangat sesuai jika yang dijadikan objek pengukuran adalah keterampilan fisik.
2. Pendekatan dengan Tes Paralel
Dua perangkat tes yang paralel, misalnya perangkat A dan perangkat B diberikan kepada sekoelompok subjek. Reliabilitas tes dicari dengan menghitung korelasi antara skor pada perangkat A dan skor pada perangkat B, jadi rtt = rAB. Keterbatasan utama pendekatan ini terletak pada sulitnya menyusun dua perangkat tes yang paralel. Seperti telah diuraikan pada teori tes klasik, bahwa dua perangkat tes akan merupakan dua perangkat tes yang paralel kalau memenuhi sejumlah persyaratan (asumsi). Karena itu dalam praktek pendekatan ini juga tidak banyak digunakan.
3. Pendekatan Satu Kali Pengukuran
Seperangkat tes diberikan kepada sekelompopk subjek satu kali, lalu dengan cara terrtentu dihitung setimasi reliabilitas tes tersebut. Pendekatan pengukuran satu kali ini dapat menghindarkan diri dari kesulitan yang timbul dari pendekatan dengan pengukuran ulang maupun pendekaatan dengan tes paralel, oleh karena itu pendekatan ini banyak digunakan. Teknik-teknik estimasi reliabilitas yang akan disajikan berikut ini semuanya menggunakan pendekaatan pengukuran satu kali.

Berbagai Teknik Estimasi Reliabilitas
Seperti telah dikemukakan, definisi dasar reliabilitas adalah
σ.2

σ t 2
karena σ t2 = σ.2 + σe2, maka persamaan mengenai reliabilitas itu dapat diubah menjadi

σt2 – σe2

σ t 2
Berbagai rumus yang dikemukakan oleh para ahli psikometri justru mencari estimasi mengenai varians kekeliruan pengukuran σe2 itu. Ada tujuh teknik yang populer dan banyak digunakan untuk mengestimasi reliabilitas itu, yaitu:
1. Teknik Belah Dua
Suatu perangkat tes diberikan kepada kelompok subjek satu kali. Teknik belah dua seriang disebut dengan teknik gasal-genap. Karena kelompok gasal ( ) dijadikan satu dan genap dijadikan satu juga. Estimasi reliabilitas dicari dengan menghitung korelasi skor pada belahan pertama dengan skor pada belahan kedua, . Rumus korelasi


Secara umum dapat dikatakan bahwa makin panjang tes, akan makin tinggi koefisien reliabilitasnya, asalkan soal-soal yan dicakup sama mutunya. Oleh karena itulah rumus spearman-brown itu juga dikenal dengan rumus ramalan.


Keterangan :
koefisien reliabitas tes yang baru
n = berapa kali panjang tes yang baru itu dari panjang tes yang telah ada
koefisien reliabilitas tes yang telah ada
2. Rumus Rulon
Rulon (1939) mempersoalkan reliabilitas tes yang telah dibelah menjadi 2 belahan. Jika sekiranya kedua belahan tes itu setara maka secara teori skor seseorang pada perangkat belahan pertama dan skor pada perangkat belahan kedua akan sama. Jika skor-skor pada kedua perangkat itu tidak sama, maka itu terjadi karena kesalahan/ kekeliruan pengukuran. Rumus realibilitas tes sebagai berikut :
Keterangan :
= koefisien reliabilitas
= varian perbedaan skor pada kedua belahan tes (yang dianggap sebagai varians kekeliruan pengukuran
= varians total (skor perolehan)
3. Rumus Flanagan
Flanagan menganggap bahwa varians-varians pada perangkat-perangkat belahan tes yang merupakan varians kekeliruan pengukuran.


4. Teknik K
Dengan menggunakan statistic soal mereka mengembangkan teknik-teknik untuk mengestimasi reliabilitas tes yang diterbitkan di psychometrika. Rumus yang mereka ajukan lazimnya di beri momor seperti halnya rumus ini.



5. Teknik K
Rumus K hanya sedikit berbeda dari rumus K . Estimasi varians kekeliruan pengukuran dicari melalui produk rata-rata p kali rata-rata q di kali dengan banyaknya soal, jadi

6. Teknik analisi varians
Dalam karya hoyt itu varians total dianalisis menjadi proposi yang berasal dari peserta tes, proporsi yang berasal dari soal-soal tes, dan sisanya. Rumus :
7. Koefisien alpha ( )



1 komentar:

Keren Gloria on 5 September 2011 pukul 23.48 mengatakan...

good.. ^^d

Posting Komentar

 

Suka suka Saya Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei